21. MOTIVASI ORGANISASI
MAHASISWA
pentingnya motivasi
Dalam kehidupan
sehari-hari yang penuh dengan kegiatan perlu adanya motivasi agar kegiatan itu
berjalan dengan lancar sesuai keinginan dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan adanya motivasi
kinerja kegiatan akan terlihat apakah kita bekerja maksimal atau tidak dan
tentunya akan berdampak hasil yang didapat. Banyak sekali faktor-faktor yang
membuat kita menjadi malas dalam melakukan sesuatu. Misalnya dalam melakukan
pekerjaan kita mendapat upah kecil, sedangkan usaha yang kita berikan kepada
perusahaan sangat besar sehingga membuat kita tidak semangat lagi untuk bekerja
di perusahaan itu. Kegagalan yang kita dapatkan saat nilai ujian kita jauh dari
hasil yang ingin kita capai, membuat mahasiswa itu tidak bersemangat lagi dalam
menjalani perkuliahan.
Pentingnya motivasi
dalam berorganisasi, membuat banyak perusahaan yang berusaha mendatangkan para
motivator-motivator atau juga buku-buku yang tentunya memberi semangat kepada
para anggotanya untuk bekerja lebih keras lagi agar tujuan dari organisasi
tersebut tercapai.
motivasi dalam berorganisasi sebagai berikut:
A.Intern Individu
Merupakan faktor-faktor dalam diri individu yang dapat memotivasi dirinya untuk melakukan sesuatu. Faktor-faktor itu diantaranya sebagai berikut:
1.Kebutuhan, kebutuhan merupakan segala sesuatu yang harus dipenuhi. Banyaknya kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh setiap manusia mendorong manusia tersebut untuk melakukan pekerjaan. Sebagai contoh kebutuhan sehari-hari manusia, mendorong manusia itu untuk bekerja. Mengumpulkan aset agar nanti saat kita keluar kerja tidak kesusahan. Kebutuhan akan aktualisasi diri dikarenakan pekerjaan tersebut menantang.
2.Harapan, harapan merupakan sesuatu yang kita inginkan. Harapan akan mendapatkan hadiah yang besar apabila kita menabung di Bank tersebut mendorong kita untuk selalu meningkatkan saldo kita. Harapan akan kepercayaan orang lain misalnya kita berkata jujur kepada orang lain atas kesalahan yang kita buat dan meminta maaf kepada mereka sehingga didapat kepercayaan kambali dari mereka.
3.Kepuasan, kepuasan merupakan perasaan emosional seseorang setelah melakukan sesuatu. Kadangkalanya orang termotivasi melakukan sesuatu karena adanya kepuasan yang ingin dia capai. Misalnya jabatan dalam suatu organisasi akan menjadi kepuasan tersendiri terhadap orang tersebut setelah menjabatanya.
4.Pengembangan Diri, meliputi mengikutsertakan diri terhadap segala kegiatan agar memperoleh pengalaman yang berharap yang dapat digunakan untuk mengembangkan diri menjadi individu yang lebih baik.
B.Ektern Individu
Merupakan faktor-faktor di luar diri individu yang dapat memotivasi individu untuk melakukan sesuatu. Faktor-faktor itu diantaranya sebagai berikut:
1.Lingkungan Organisasi, merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar organisasi. Lingkungan organisasi yang mendukung akan memotivasi orang untuk semangat dalam melakukan pekerjaan dalam organisasi tersebut.
2.Keseimbangan dan Keadilan, individu termotivasi untuk melakukan sesuatu karena adanya job rewards (hadiah pekerjaan) yang diberikan oleh organisasi itu atau diluar organisasi itu. Misalnya mendapatkan upah/gaji yang sesuai dengan usaha kita. Adanya peluang karir yang baru di organisasi itu seperti jabatan yang lebih tinggi apabila karyawan tersebut mendapatkan prestasi baik di perusahaan tersebut.
3.Tujuan, segala sesuatu yang kita ingin capai merupakan suatu tujuan. Dengan adanya tujuan organisasi mendorong anggota-anggotanya untuk bekerja keras semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
4.Tantangan, merupakan segala sesuatu yang menjadi halangan dalam kita melakukan kegiatan. Adakalanya tantangan itu menjadi motivator bagi kita untuk menaklukan tantangan itu.
5.Hukuman, merupakan balasan terhadap segala sesuatu yang telah dilakukan diluar dari aturan. Anggota-anggota organisasi adakalanya mereka diselimuti oleh rasa ketakutan dikarenakan adanya hukuman yang berlaku di antara anggota-anggota organisasi itu. Hukuman itu mendorong mereka untuk melakukan hal yang sesuai aturan. Hukuman itu bisa berupa denda, pemutusan kontrak kerja, atau juga berhadapan dengan pengadilan.
6.Kepemimpinan, gaya kepemimpinan seseorang berbeda-beda. Kepemimpinan dapat digunakan untuk memotivasi seseorang untuk bekerja lebih keras lagi. Namun kepemimpinan ini juga mempengaruhi perilaku anggota-anggota organisasi. Misalnya kepemimpinan yang cenderung totaliter membuat seseorang akan kehilangan kreatifitasnya dikarenakan segala sesuatu yang dilakukan harus sesuai dengan apa yang pemimpin inginkan. Namun apabila kepemimpinannya cenderung demokrasi akan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang dapat memajukan organisasi tersebut dengan menyuarakan isi pikirannya melalui para pemimpin tersebut untuk ditindak lanjuti.
MOTIVASI ORGANISASI MAHASISWA
A.Intern Individu
Merupakan faktor-faktor dalam diri individu yang dapat memotivasi dirinya untuk melakukan sesuatu. Faktor-faktor itu diantaranya sebagai berikut:
1.Kebutuhan, kebutuhan merupakan segala sesuatu yang harus dipenuhi. Banyaknya kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh setiap manusia mendorong manusia tersebut untuk melakukan pekerjaan. Sebagai contoh kebutuhan sehari-hari manusia, mendorong manusia itu untuk bekerja. Mengumpulkan aset agar nanti saat kita keluar kerja tidak kesusahan. Kebutuhan akan aktualisasi diri dikarenakan pekerjaan tersebut menantang.
2.Harapan, harapan merupakan sesuatu yang kita inginkan. Harapan akan mendapatkan hadiah yang besar apabila kita menabung di Bank tersebut mendorong kita untuk selalu meningkatkan saldo kita. Harapan akan kepercayaan orang lain misalnya kita berkata jujur kepada orang lain atas kesalahan yang kita buat dan meminta maaf kepada mereka sehingga didapat kepercayaan kambali dari mereka.
3.Kepuasan, kepuasan merupakan perasaan emosional seseorang setelah melakukan sesuatu. Kadangkalanya orang termotivasi melakukan sesuatu karena adanya kepuasan yang ingin dia capai. Misalnya jabatan dalam suatu organisasi akan menjadi kepuasan tersendiri terhadap orang tersebut setelah menjabatanya.
4.Pengembangan Diri, meliputi mengikutsertakan diri terhadap segala kegiatan agar memperoleh pengalaman yang berharap yang dapat digunakan untuk mengembangkan diri menjadi individu yang lebih baik.
B.Ektern Individu
Merupakan faktor-faktor di luar diri individu yang dapat memotivasi individu untuk melakukan sesuatu. Faktor-faktor itu diantaranya sebagai berikut:
1.Lingkungan Organisasi, merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar organisasi. Lingkungan organisasi yang mendukung akan memotivasi orang untuk semangat dalam melakukan pekerjaan dalam organisasi tersebut.
2.Keseimbangan dan Keadilan, individu termotivasi untuk melakukan sesuatu karena adanya job rewards (hadiah pekerjaan) yang diberikan oleh organisasi itu atau diluar organisasi itu. Misalnya mendapatkan upah/gaji yang sesuai dengan usaha kita. Adanya peluang karir yang baru di organisasi itu seperti jabatan yang lebih tinggi apabila karyawan tersebut mendapatkan prestasi baik di perusahaan tersebut.
3.Tujuan, segala sesuatu yang kita ingin capai merupakan suatu tujuan. Dengan adanya tujuan organisasi mendorong anggota-anggotanya untuk bekerja keras semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
4.Tantangan, merupakan segala sesuatu yang menjadi halangan dalam kita melakukan kegiatan. Adakalanya tantangan itu menjadi motivator bagi kita untuk menaklukan tantangan itu.
5.Hukuman, merupakan balasan terhadap segala sesuatu yang telah dilakukan diluar dari aturan. Anggota-anggota organisasi adakalanya mereka diselimuti oleh rasa ketakutan dikarenakan adanya hukuman yang berlaku di antara anggota-anggota organisasi itu. Hukuman itu mendorong mereka untuk melakukan hal yang sesuai aturan. Hukuman itu bisa berupa denda, pemutusan kontrak kerja, atau juga berhadapan dengan pengadilan.
6.Kepemimpinan, gaya kepemimpinan seseorang berbeda-beda. Kepemimpinan dapat digunakan untuk memotivasi seseorang untuk bekerja lebih keras lagi. Namun kepemimpinan ini juga mempengaruhi perilaku anggota-anggota organisasi. Misalnya kepemimpinan yang cenderung totaliter membuat seseorang akan kehilangan kreatifitasnya dikarenakan segala sesuatu yang dilakukan harus sesuai dengan apa yang pemimpin inginkan. Namun apabila kepemimpinannya cenderung demokrasi akan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang dapat memajukan organisasi tersebut dengan menyuarakan isi pikirannya melalui para pemimpin tersebut untuk ditindak lanjuti.
MOTIVASI ORGANISASI MAHASISWA
Mahasiswa mempunyai peranan majemuk. Di salah satu sisi, ia harus
berupaya menjadi pribadi yang sukses. Di sisi yang lain, ia adalah mahluk
sosial yang harus berinteraksi dengan orang lain. Untuk menjadi pribadi yang
sukses maka ia harus belajar mencapai target-target pribadi, misalnya lulus
tepat waktu, lulus dengan IP yang cukup, mempunyai ketrampilan dan keahlian di
bidangnya, serta memiliki keseimbangan kecerdasan di semua aspek baik
intelektual, emosional maupun spiritual. Kecerdasan intelektual adalah
kecerdasan yang bersifat matematis, analitis, terstruktur. Kecerdasan emosional
berarti kemampuan untuk mengendalikan diri (emosi) ketika berinteraksi dengan
orang lain/ ketika menyikapi suatu kejadian serta kemampuan untuk berpikir
lateral (kreatif). Sedangkan kecerdasan spiritual mengandung makna tentang
penghayatan dan pemahaman yang mendalam tentang hakekat hidup, kebahagiaan dan
keberhasilan sejati.
Sedangkan dalam berinteraksi sosial, mahasiswa memiliki posisi strategis di
tengah-tengah piramida lapisan struktur masyarakat. Dengan lapisan masyarakat
di bawahnya, mahasiswa harus mampu menyalurkan aspirasi dan melakukan
pemberdayaan masyarakat. Dengan lapisan sosial di atasnya (birokrat dan
praktisi profesional), mahasiswa dituntut bisa melakukan fungsinya sebagai moral force daniron stock. Moral force berarti seorang mahasiswa harus berani
mengkritisi kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak terhadap kebenaran,
idealisme dan hati nurani. Sedangkan sebagai iron stockmengandung pesan bahwa
mahasiswa adalah generasi masa depan yang nantinya pasti akan menggantikan
orang-orang, posisi-posisi dan jabatan-jabatan yang ada sekarang. Di sini
seorang mahasiswa perlu memiliki kemampuan bersosialisasi, manajemen dan
berkomunikasi.
Tugas individu dan tugas sosial mahasiswa yang sedemikian komplek
tersebut niscaya butuh bekal, butuh ilmu, dan butuh pembelajaran. Sebagaimana
sebuah ungkapan bijak: “Ingin sukses dunia, ada ilmunya. Ingin sukses akherat,
ada ilmunya. Dan untuk sukses dunia akherat juga ada ilmunya”. Masalahnya
sekarang adalah kebutuhan ilmu yang sedemikian banyak itu ternyata hanya
sebagian kecil saja yang bisa dipenuhi dari bangku kuliah. Itupun belum tentu
maksimal hasilnya. Kurikulum perkuliahan di kelas sekitar 80 % hanya memenuhi
kebutuhan akademik (hardskill).
Padahal menurut survei Dikti di tahun 2006 tentang faktor penentu keberhasilan
mahasiswa menunjukkan bahwa kontribusi hardskill hanya 20 %. Yang terbesar adalah softskill, 40 %.
Yang kedua adalah networking sebesar 30 %. Dan sisanya sekitar 10 %
adalah ketersediaan finansial.
Softskill, networking dan finansial tidak banyak dibahas di
pertemuan-pertemuan kelas oleh dosen pengajar. Terus bagaimana solusinya? Di
posisi seperti inilah organisasi-organisasi mahasiswa intra dan ekstra kampus
mengambil peran utamanya. Dalam konteks ruang lingkup jurusan terdapat Himpunan
Mahasiswa Jurusan (Himajur), sebuah lembaga mahasiswa yang legal formal secara
dejure dan defacto. Berkoordinasi dengan Himajur terdapat beberapa komunitas
mahasiswa yang saat ini tumbuh dan berkembang. Diantaranya adalah KoLu UPN
(Komunitas Linux UPN), ILC (Informatic Learning Community), MIO (Mahasiswa
Interest Oracle), Asisten Lab dan juga Infinity (Informatics Islam Community).
Masing-masing organisasi di atas dalam program kerjanya akan sering
mengadakan kegiatan-kegiatan kemahasiswaan. Sekali lagi, tujuan utamanya adalah
menyuplai kebutuhan-kebutuhan ilmu maupun ketrampilan yang belum tercukupi
hanya dari bangku kuliah. Berbagai kajian, kelompok diskusi, tutorial,
pelatihan, bedah buku, workshop, kuliah tamu maupun seminar-seminar menjadi
acara yang ditunggu-tunggu. Disini mahasiswa secara umum bisa berpartisipasi,
setidaknya menimba ilmu sebagai peserta kegiatan. Namun di waktu-waktu
berikutnya mahasiswa juga diharapkan bisa turut serta belajarteamwork sebagai panitia acara.
Teori-Teori Motivasi
Teori Hierarki
Kebutuhan Maslow
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai
suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara satu kenyataan dengan
dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka
pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika
kebutuhannya terpenuhi amak pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang
gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya.
Kebutuhan merupakan fundamen yang
mendasari perilaku pegawai. Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa
mengerti kebutuhannya.
Abraham Maslow (Mangkunegara, 2005)
mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan
fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernapas,
seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula
sebagai kebutuhan yang paling dasar
2. Kebutuhan
rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya,
pertentangan, dan lingkungan hidup
3. Kebutuhan
untuk rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok,
berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai
4. Kebutuhan
akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain
5. Kebutuhan
untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan,
skill dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide,
gagasan dan kritik terhadap sesuatu
Teori
Keadilan
Keadilan merupakan daya penggerak yang
memotivasi semangat kerja seseorang, jadi perusahaan harus bertindak adil
terhadap setiap karyawannya. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku karyawan
harus dilakukan secara obyektif. Teori ini melihat perbandingan seseorang
dengan orang lain sebagai referensi berdasarkan input dan juga hasil atau
kontribusi masing-masing karyawan (Robbins, 2007).
Teori X dan Y
Douglas McGregor mengemukakan pandangan
nyata mengenai manusia. Pandangan pertama pada dasarnya negative disebut teori
X, dan yang kedua pada dasarnya positif disebut teori Y (Robbins, 2007).
McGregor menyimpulkan bahwa
pandangan manajer mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok
asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung membentuk perilaku mereka terhadap
karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.
Teori dua Faktor Herzberg
Teori ini dikemukakan oleh Frederick
Herzberg dengan asumsi bahwa hubungan seorang individu dengan pekerjaan adalah
mendasar dan bahwa sikap individu terhadap pekerjaan bias sangat baik
menentukan keberhasilan atau kegagalan. (Robbins, 2007).
Herzberg memandang bahwa kepuasan kerja
berasal dari keberadaan motivator intrinsik dan bawa ketidakpuasan kerja
berasal dari ketidakberadaan faktor-faktor ekstrinsik. Faktor-faktor
ekstrinsik (konteks pekerjaan) meliputi :
1. Upah
2. Kondisi
kerja
3. Keamanan
kerja
4. Status
5. Prosedur
perusahaan
6. Mutu
penyeliaan
7. Mutu
hubungan interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan, dan bawahan
Keberadaan kondisi-kondisi ini terhadap
kepuasan karyawan tidak selalu memotivasi mereka. Tetapi ketidakberadaannya
menyebabkan ketidakpuasan bagi karyawan, karena mereka perlu mempertahankan
setidaknya suatu tingkat ”tidak ada kepuasan”, kondisi ekstrinsik disebut
ketidakpuasan,atau faktor hygiene. Faktor Intrinsik meliputi :
1. Pencapaian
prestasi
2. Pengakuan
3. Tanggung
Jawab
4. Kemajuan
5. Pekerjaan
itu sendiri
6. Kemungkinan
berkembang.
Tidak adanya kondisi-kondisi ini bukan
berarti membuktikan kondisi sangat tidak puas. Tetapi jika ada, akan membentuk
motivasi yang kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Oleh karena itu,
faktor ekstrinsik tersebut disebut sebagai pemuas atau motivator.
Teori Kebutuhan
McClelland
Teori kebutuhan McClelland dikemukakan
oleh David McClelland dan kawan-kawannya. Teori ini berfokus pada tiga
kebutuhan, yaitu (Robbins, 2007) :
a. Kebutuhan
pencapaian (need for achievement) : Dorongan untuk berprestasi dan mengungguli,
mencapai standar-standar, dan berusaha keras untuk berhasil.
b. Kebutuhan
akan kekuatan (need for pewer) : kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku
sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
c. Kebutuhan
hubungan (need for affiliation) : Hasrat untuk hubungan antar pribadi yang
ramah dan akrab.
Apa yang tercakup dalam teori yang
mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu . Menurut model ini,
motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang
bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah :
a. Persepsi
seseorang mengenai diri sendiri
b. Harga
diri
c. Harapan
pribadi
d. Kebutuhaan
e. Keinginan
f. Kepuasan
kerja
g. Prestasi
kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi
motivasi seseorang, antara lain ialah :
a. Jenis
dan sifat pekerjaan
b. Kelompok
kerja dimana seseorang bergabung
c. Organisasi
tempat bekerja
d. Situasi
lingkungan pada umumnya
e. Sistem
imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
TEORI ISI
Teori ini mengemukakan bahwa seseorang akan bersemangat kerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Semakin tinggi standar kebutuhan yang diinginkan, semakin giat orang itu bekerja. Penganut Teori Isi antara lain:
Teori ini mengemukakan bahwa seseorang akan bersemangat kerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Semakin tinggi standar kebutuhan yang diinginkan, semakin giat orang itu bekerja. Penganut Teori Isi antara lain:
·
Abraham Maslow
dengan Teori Hirarki Kebutuhan.
·
Frederick
Herzberg dengan Teori Dua Faktor.
·
Dauglas
McGregor dengan Teori X dan Y.
·
David
McClelland dengan Teori Memperoleh Kebutuhan.
Teori Proses
Teori ini
juga terdiri dari empat teori pendukung, yaitu :
1. Equity Theory (S. Adams)
Inti
teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan
kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan
yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa
imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
· Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar
· Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang
menjadi tanggung jawab.
Expectancy Theory ( Victor Vroom)
Victor
Vroom (1964) mengembangkan sebuah teori motivasi berdasarkan kebutuhan
infernal, tiga asumsi pokok Vroom dari teorinya adalah sebagai berikut :
· Setiap individu percaya bahwa bila ia berprilaku dengan cara tertentu,
ia akan memperoleh hal tertentu. Ini disebut sebuah harapan hasil (outcome
expectancy) sebagai penilaian subjektif seseorang atas kemungkinan bahwa suatu
hasil tertentu akan muncul dari tindakan orang tersebut.
· Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini
disebut valensi (valence) sebagai nilai yang orang berikan kepada suatu hasil
yang diharapkan.
· Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit
mencapai hasil tersebut. Ini disebut harapan usaha (effort expectancy) sebagai
kemungkinan bahwa usaha seseorang akan menghasilkan pencapaian suatu tujuan
tertentu.
Motivasi
dijelaskan dengan mengkombinasikan ketiga prinsip ini. Orang akan termotivasi
bila ia percaya bahwa :
1. Suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu
2. Hasil tersebut punya nilai positif baginya
3. Hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang
Dengan
kata lain Motivasi, dalam teori harapan adalah keputusan untuk mencurahkan
usaha.
3. Goal Setting Theory (Edwin Locke)
Edwin
Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme
motivasional yakni :
· tujuan-tujuan mengarahkan perhatian;
· tujuan-tujuan mengatur upaya;
· tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan
· tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
Teori ini juga mengungkapkan hal hal sebagai berikut :
· Kuat lemahnya tingkah laku manusia ditentukan oleh sifat tujuan yang
hendak dicapai.
· Kecenderungan manusia untuk berjuang lebih keras mencapai suatu tujuan,
apabila tujuan itu jelas, dipahami dan bermanfaat.
· Makin kabur atau makin sulit dipahami suatu tujuan, akan makin besar
keengganan untuk bertingkah laku.
4. Reinforcement Theory ( B.F. Skinner)
Teori ini
didasarkan atas “hukum pengaruh”. Tingkah laku dengan konsekuensi positif
cenderung untuk diulang, sementara tingkah laku dengan konsekuensi negatif
cenderung untuk tidak diulang. Rangsangan yang didapat akan mengakibatkan atau
memotivasi timbulnya respon dari seseorang yang selanjutnya akan menghasilkan
suatu konsekuensi yang akan berpengaruh pada tindakan selanjutnya.
Konsekuensi
yang terjadi secara berkesinambungan akan menjadi suatu rangsangan yang perlu
untuk direspon kembali dan mengasilkan konsekuensi lagi. Demikian seterusnya
sehingga motifasi mereka akan tetap terjaga untuk menghasilkan hal-hal yang
positif.
Daftar
Pustaka :
http://witafarla.unsri.ac.id/index.php/posting/12
http://tkampus.blogspot.com/2012/04/pengertian-motivasi-dan-teori-teori.html
http://sahri-rahman.blogspot.com/2011/12/pentingnya-motivasi.html
http://tkampus.blogspot.com/2012/04/pengertian-motivasi-dan-teori-teori.html
http://sahri-rahman.blogspot.com/2011/12/pentingnya-motivasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar