DEFINISI PERENCANAAN
Perencanaan
terjadi pada semua kegiatan. Perencanaan merupakan proses awal dimana manajemen
memutuskan tujuan dan cara pencapaiannya. Perencanaan adalah hal yang
sangat esensial karena dalam kenyataanya perencanaan memegang peranan lebih
bila dibandng dengan fungsi-fungsi manajemen yang lainnya, yaitu
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Dimana fungsi-fungsi manajemen
tersebeut sebenatnya hanya merupakan pelaksanaan dari hasil sebuah
perencanaan .
Berikut ini adalah pengertian dan definisi perencanaan:
Berikut ini adalah pengertian dan definisi perencanaan:
1.
INDRA BASTIAN
Perencanaan
adalah suatu proses yang tidak pernah berakhir. Apabila sebuah rencana telah
ditetapkan, maka dokumen menyangkut perencanaan terkait harus diimplementasikan
Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pengambilan keputusan
tentang "apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa.
2.
DEACON
Perencanaan
adalah upaya menyusun berbagai keputusan yang bersifat pokok, yang dipandang
paling penting dan yang akan dilaksanakan menurut urutannya guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan
3.
DRUCKER
Perencanaan
adalah suatu proses yang diorganisasi dan dilaksanakan secara sistematis dengan
emnggunakan pengetahuan yang ada sesuai keputusan yang telah ditetapkan bersama
4.
GOETZ
Perencanaan
adalah kemampuan memilih satu kemungkinan dari berbagai kemungkinan yang
tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan.
5.
ANONIM
Perencanaan
adalah suatu rangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis untuk mencapai
yujuan yang telah ditetapkan . diputuskan bersama
6.
GEORGE
PICKETT & JOHN J. HANLON
Perencanaan
adalah proses menentukan bagaimana mencapai suatu tujuan begitu tujuan itu
ditetapkan
7.
STONER
Perencanaan
adalahproses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk mencapai sasaran
tadi Perencanaan adalah proses menetapkan sasaran atau tujuan dan tindakan yang
perlu untuk mencapai tujuan (goal) tersebut
8.
CUNINGHAM
Perencanaan
adalah menyelesi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi
untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan emformulasi hasil
yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam
batas-batas yang dapat diterima dan digunakan dalam penyelesaian
9.
HUSEIN
UMAR
Perencanaan
merupakan kegiatan atau proses membuat rencana yang kelak dipakai perusahaan
dalam rangka melaksanakan pencapaian tujuannya
EMPAT TAHAP DASAR PERENCANAAN
Tahap 1 : Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
. Perencanaan
dimulai dengankeputusan-keputusan tentang
keinginan atau kebutuhan organisasi atau kelompok kerja.Tanpa rumusan tujuan
yang jelas, organisasi akan menggunakan sumber daya sumberdayanya
secara tidak efektif.
Tahap 2 : merumuskan keadaan saat ini
. Pemahaman akan posisi perusahaansekarang dari tujuan yang hendak di
capai atau sumber daya-sumber daya yang tersediauntuk pencapaian tujuan adalah
sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkutwaktu yang akan datang.
Hanya setelah keadaan perusahaan saat ini dianalisa, rencanadapat dirumuskan
untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut. Tahap kedua inimemerlukan
informasi-terutama keuangan dan data statistik yang didapat
melaluikomunikasi dalam organisasi.
Tahap 3 : mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
. Segala kekuatan dankelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu
diidentifikasikan untuk mengukurkemampuan organisasi dalam mencapai tujuan.
Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan intren dan ekstern
yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya,atau yang mungkin menimbulkan
masalah. Walau pun sulit dilakukan, antisipasi keadaan,masalah, dan kesempatan
serta ancaman yang mungkin terjadi di waktu mendatang adalahbagian esensi dari
proses perencanaan.
Tahap 4 : mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaiantujuan
. Tahap terakhir dalam proses perncanaan meliputi pengembangaan berbagai
alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan, penilaian alternatif-alternatif
tersebut danpemilihan alternatif terbaik (paling memuaskan) diantara berbagai
alternatif yang ada.
Perencanaan Program Pelayanan Kesehatan Pada
Divertikulitis
Definisi
Divertikulitis adalah peradangan atau infeksi pada satu atau beberapa
divertikula.1
Prevalensi
Divertikulitis merupakan penyakit yang lebih sering terjadi di negara barat
dan negara-negara industri dengan angka kejadian sekitar 130.000 pasien yang
dirawat inap setiap tahunnya di Amerika serikat.2 Faktor penyebabnya
masih belum pasti, namun diduga berkaitan dengan gaya hidup dan asupan makanan.
Divertikulitis umumnya asimptomatik, insidensinya meningkat seiring dengan
pertambahan usia.1,2 Penyakit ini menyerang 5-10% pasien dengan usia
di bawah 45 tahun, 80% diderita oleh pasien dengan usia 80 tahun dan 10-25%
pasien dengan divertikulosis yang berkembang menjadi divertikulitis.2 Genetik
juga dipercaya memiliki peranan terhadap terjadinya divertikulitis, namun tidak
dijumpai perbedaan yang signifikan angka keterjadian divertikulitis antara
laki-laki dan perempuan.1
3. Faktor penyebab
Patogenesis terjadinya divertikulitis belum sepenuhnya dimengerti. Divertikulitis
diakibatkan oleh obstruksi dari feces dan makanan yang tidak dicerna dengan
baik yang terkumpul dalam divertikulum. Obstruksi akan berlanjut menjadi
distensi akibat sekresi mukus yang terhambat, keadaan ini merupakan tempat yang
baik untuk bertumbuhnya kuman. Gangguan vaskular merupakan akhir dari distensi
yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya mikro dan makroperforasi. Namun
ada pendapat lain yang menyatakan bahwa divertikulitis diakibatkan oleh
peningkatan tekanan intraluminal yang menyebabkan erosi pada dinding
divertikulum, yang selanjutnya menjadi inflamasi, nekrosis fokal dan perforasi.1
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya
divertikulitis ditinjau dari teori Blum dibedakan menjadi empat faktor, yaitu:
faktor biologi, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan dan faktor
perilaku.
Tabel 1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya divertikulitis1,2,3
Faktor biologi
|
Faktor lingkungan
|
Faktor perilaku
|
Faktor pelayanan kesehatan
|
§ Genetik
§ Usia (lebih dari 45 tahun)
§ Riwayat divertikulosis dan konstipasi sebelumnya
|
§ Lingkungan dengan sanitasi yang kurang baik
|
§ Obesitas
§ Makan makanan rendah serat
§ Kurang olahraga
§ Kurangnya pengetahuan tentang gejala divertikulitis
§ Keterlambatan berobat
§ Kurangnya kesadaran melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin
|
§ Minimnya pengetahuan petugas kesehatan tentang divertikulitis
§ Kurangnya sarana dan prasarana kesehatan yang menunjang penegakan
diagnosis
§ Keterlambatan penegakan diagnosis dan terapi
§ Kekeliruan dalam diagnosis dan terapi
§ Kurangnya program kesehatan yang adekuat untuk skrining awal
penyakit
|
4. Faktor yang paling berperan
Faktor yang paling berperan mempengaruhi terjadinya divertikulitis adalah
faktor perilaku.1,3
5. Akar permasalahan
Kebiasaan makan makanan tinggi lemak-rendah serat, kurang olahraga dan
kurangnya pengetahuan individu tentang gejala divertikulitis.1,3
6. Akar masalah utama
Faktor perilaku yang menjadi masalah utama dalam kasus divertikulitis adalah
kebiasaan makan makanan tinggi lemak-rendah serat dan kurang olahraga. Hal ini
dikarenakan kurangnya pengetahuan individu mengenai gaya hidup sehat dan gejala
dari divertikulitis sehingga penderita terlambat untuk berobat. Oleh karena
itu, perlu dirancang program kegiatan yang dapat menyelesaikan akar masalah
tersebut dengan meningkatkan pengetahuan individu tentang gaya hidup dan
divertikulitis.1,3
7. Rencana program kegiatan
Pilihan program untuk meningkatkan pengetahuan individu tentang gaya hidup
sehat dan divertikulitis antara lain:
v Mengadakan seminar atau bincang interaktif antara masyarakat dengan
petugas kesehatan mengenai gaya hidup sehat dan divertikulitis.
v Membuat leaflet berisi informasi terkini mengenai gaya hidup sehat
dan kaitannya dengan divertikulitis.
v Mengadakan kegiatan yang bersifat mengajak masyarakat untuk memulai
gaya hidup sehat seperti senam massal, jalan sehat, dll secara rutin
bekerjasama dengan dinas kesehatan, petugas kesehatan dan pejabat terkait.
Alternatif terbaik dalam mengatasi kasus divertikulitis adalah dengan
mengadakan seminar atau bincang interaktif bagi masyarakat mengenai gaya hidup
sehat dan divertikulitis. Umumnya, kebiasaan makan makanan tinggi lemak-rendah
serat dan kurang olahraga diakibatkan minimnya pengetahuan masyarakat dan
kurangnya kesadaran untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang gaya hidup sehat dan divertikulitis
diharapkan mampu menurunkan prevalensi divertikulitis di kemudian hari.
RENCANA OPERASIONAL
Perencanaan
operasional: kebutuhan apa saja yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan
perencanaan strategi untuk mencapai tujuan strategi tersebut. Lingkup
perencanaan ini lebih sempit dibandingkan dengan perencanaan strategi.
Perencanaan operasional yang khas :
Perencanaan operasional yang khas :
1.
Perencanaan produksi (Production Plans) : Perencanaan yang berhubungan dengan
metode dan teknologi yang dibutuhkan dalam pekerjaan
2.
Perencanaan keuangan (Financial Plans) : Perencanaan yang berhubungan dengan
dana yang dibutuhkan untuk aktivitas operasional
3.
Perencanaan Fasilitas ( Facilites Plans) : Perencanaan yang berhubungan dengan
fasilitas & layaout pekerjaan yang dibutuhkan untuk mendukung tugas.
4.
Perencanaan pemasaran (Marketing Plans) : Berhubungan dengan keperluan
penjualan dan distribusi barang /jasa.
perencanaan sumber daya manusia (Human Resource Plans): berhubungan dengan rekruitmen, penyeleksian dan penempatan orang-orang dalam berbagai pekerjaan.
RENCANA STRATEGIK perencanaan sumber daya manusia (Human Resource Plans): berhubungan dengan rekruitmen, penyeleksian dan penempatan orang-orang dalam berbagai pekerjaan.
Perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk menentukan strategi atau arahan, serta mengambil keputusan untuk mengalokasikan sumber dayanya (termasuk modal dan sumber daya manusia) untuk mencapai strategi ini. Berbagai teknik analisis bisnis dapat digunakan dalam proses ini, termasuk analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats), PEST (Political, Economic, Social, Technological), atau STEER (Socio-cultural, Technological, Economic, Ecological, Regulatory).
Perencanaan Strategis ( Strategic Planning ) adalah sebuah alat manajemen yang digunakan untuk mengelola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi pada masa depan, sehingga rencana strategis adalah sebuah petunjuk yang dapat digunakan organisasi dari kondisi saat ini untuk mereka bekerja menuju 5 sampai 10 tahun ke depan ( Kerzner , 2001 )
Untuk mencapai sebuah strategy yang telah ditetapkan oleh organisasi dalam rangka mempunyai keunggulan kompetitif, maka para pimpinan perusahaan, manajer operasi, haruslah bekerja dalam sebuah sistem yang ada pada proses perencanaan strategis / strategic planning ( Brown , 2005 ). Kemampuan manufaktur, harus dipergunakan secara tepat, sehingga dapat menjadi sebuah senjata yang unggul dalam sebuah perencanaan stategi ( Skinner, 1969 ).Untuk mencapai sebuah strategy yang telah ditetapkan oleh organisasi dalam rangka mempunyai keunggulan kompetitif, maka para pimpinan perusahaan, manajer operasi, haruslah bekerja dalam sebuah sistem yang ada pada proses perencanaan strategis Brown , 2005 ). Kemampuan manufaktur, harus dipergunakan secara tepat, sehingga dapat menjadi sebuah senjata yang unggul dalam sebuah perencanaan stategi ( Skinner, 1969 ).
Perencanaan strategis secara eksplisit berhubungan dengan manajemen perubahan, hal ini telah menjadi hasil penelitian beberapa ahli (e.g., Ansoff, 1965; Anthony,1965; Lorange, 1980; Steiner, 1979). Lorange (1980), menuliskan, bahwa strategic planning adalah kegiatan yang mencakup serangkaian proses dari inovasi dan merubah perusahaan, sehingga apabila strategic planning tidak mendukung inovasi dan perubahan, maka itu adalah kegagalan.
Faktor Waktu dan
Perencanaan
Factor waktu dan mempunyai pengaruh sangat besar terhadap
perencanaan dalam tiga hal, yaitu:
1. waktu sangat diperlukan untuk meaksanakan perencanaan efektif
2. waktu sering diperlukan untk melanjutkan setiap langkah
perencanaan
tanpa informasi lengkap tentang variable-variabel dan alternatif-
alternatif, karena waktu diperlukan untuk mendapatkan data dan
memperhitungkan semua kemungkinan.
3. jumlah waktu yang akan dicakup dalam rencana harus
dipertimbangkan.
Faktor waktu lainnya yang mempengaruhi perecanaan adalah seberapa
sering rencana-rencana harus ditinjau kembali dan diperbaiki. Ini tergantung
pada sumber daya yang tersedia dan derajat ketetapan perencanaan manajemen.
Rencana jangka pendek, menengah dan panjang :
Rencana – rencana jangka pendek mencakup berbagai rencana dari
satu hari sampai satu tahun; rencana-rencana jangka menengah mempunyai
rentangan waktu antara beberapa bulan sampai tiga tahun; dan rencana- rencana
jangka panjang mengikuti kegiatan selama dua sampai lima tahun, dengan beberapa
rencana yang diproyeksikan dua puluh lima tahun atau lebih dimasa yang akan
datang. Perencanaan jangka panjang berkenaan dengan perencanaan strategic.
Misi Dan Tujuan Organisasi
Sebelum
organisasi menentukan tujuannya, terlebih dulu menetapkan misi / maksud
organisasi. Misi adalah suatu pernyataan umum dan abadi tentang maksud
organisasi. Sedangkan Misi organisasi adalah maksud khas (unik) dan mendasar
yang membedakan organisasi dari organisasi-organisasi lainnya dan mengidentifikasikan
ruang lingkup operasi dalam hal produk dan pasar.Etzioni mendefinisikan tujuan organisasi sebagai :
1. Suatu pernyataan tentang keadaan yang diinginkan dimana organisasi bermaksud untuk merealisasikan
2. Pernyataan tentang keadaan di waktu yang akan datang di mana organisasi sebagai kolektifitas mencoba untuk menimbulkannya
2 unsur penting tujuan adalah :
1. Hasil-Hasil akhir yang diinginkan di waktu mendatang dengan mana
2. Usaha-uasaha / kegiatan-kegiatan sekarang diarahkan
Tujuan dapat berupa tujuan umum / khusus , tujuan akhir / tujuan antara. Tujuan Umum (tujuan strategic) secara operasioanal tidak dapat berfungsi sebelum dijabarkan terlebih dahulu kedalam tujuan-tujuan khusus yang lebih terperinci sesuai dengan jenjang manajemen, sehingga membentuk hirarki tujuan.
Berbagai Fungsi Tujuan Organisasi
1. Pedoman Bagi Kegiatan, melalui penggambaran hasil-hasil di waktu yang akan datang. Fungsi tujuan memberikan arah dan pemusatan kegiatan organisasi mengenai apa yang harus dan tidak harus dilakukan
2. Sumber Legitimasi, akan meningkatkan kemampuan organisasi untuk mendapatkan sumber daya dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya
3. Standar Pelaksanaan, bila tujuan dilaksanakan secara jelas dan dipahami, akan memberikan standar langsung bagi penilaian pelaksanaan kegiatan (prestasi) organisasi
4. Standar Motivasi, berfungsi sebagai motivasi dan identifikasi karyawan yang penting. Dalam kenyataannya, tujuan organisasi sering memberikan insentif bagi para anggota
5. Dasar Rasional Pengorganisasian, tujuan organisasi merupakan suatu dasar perancangan organisasi
Tipe-Tipe Tujuan
Klasifikasi tujuan dari Penow bagi organisasi pada umumnya dibedakan menjadi 5 tujuan menurut “sudut pandangan mereka yang berkepantingan” , yaitu :
1. Tujuan Kemasyarakatan (Societal Goals), berkenaan dengan kelas-kelas organisasi luas yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat
2. Tujuan Keluaran (Output Goals), berkenaan dengan jenis-jenis keluaran tertentu dalam bentuk fungsi-fungsi konsumen. Contoh : barang- barang konsumen, jasa-jas bisnis
3. Tujuan Sistem (System Goals), cara pelaksanaan fungsi organisasi tidak tergantung pada barang / jasa yang diproduksi / tujuan yang diambil
4. Tujuan Produk (Product Goals) / Tujuan Karakteristik Produk, berbagai karakteristik barang- barang / jasa-jasa produksi
5. Tujuan Turunan (Derived Goals), tujuan digunakan organisasi untuk meletakkan kekuasaanya dalam pencapaian tujuan lain
Proses Penetapan Tujuan
Merupakan usaha untuk menciptakan nilai-nilai tertentu melalui berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan organisasi. 6 Unsur dasar yang melatarbelakangi penetapan tujuan organisasi adalah :
1. Barang dan jasa yang diproduksi organisasi akan dapat memberikan berbagai manfaat, paling sedikit sama dengan harganya
2. Barang dan jasa dapat memuaskankebutuhan konsumen/ langganan
3. Teknologi yang digunakan dalam proses produksi akan menghasilkan barang dan jasa dengan biaya dan kualitas bersaing
4. Kerja keras dan dukungan seluruh sumber dayanya, organisasi dapat beroperasi dengan baik
5. Pelayanan manajemen akan memberikan public image yang mengguntungkan, sehingga mereka bersedia menanamkan modal dan menyumbangkan tenaganya untuk membantu sukses organisasi
6. Perusahaan mempunyai konsep diri (self concept) yang dapat dikomunikasikan dan ditularkan kepada para karyawan dan pemegang saham organisasi.
Bidang-Bidang Tujuan
Peter Drucker dan GE, mengidentifikasikan 8 bidang pokok di mana perusahaan harus menetapkan tujuan :
1. Posisi Pasar
2. Produkivitas / Efesiensi, adalah rasio antara masukkan (tenaga kerja, peralatan dan keuangan) dengan keluaran organisasi
3. Sumber Daya Phisik dan Keuangan, tujuan harus ditetapkan dengan memperhatikan mesin dan peralatan serta penyediaan bahan baku
4. Profitabilitas
5. Inovasi
6. Prestasi dan Sikap Karyawan
7. Prestasi dan Pengembangan Manajer
8. Tanggung Jawab Sosial dan Publik
Kebutuhan Penyeimbangan Tujuan
Hampir semua organisasi mempunyai serangkaian tujuan yang berganda untuk memnihi permintaan “trade off” dari berbagai pihak berkepentingan yang terlibat dalam operasi organisasi. Akibatnya, sering menimbulkan konflik antara pihak-pihak tersebut. Dalam proses pencapaian tujuan, manajemen harus menentukan keseimbangan / campuran optimum tujuan-tujuan dam memadukan berbagai kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam organisasi.
Perumusan Tujuan
Tujuan dirumuskan dengan mempertimbangkan seluruh kekuatan yang terlibat dalam operasi organisasi. Perumusan tujuan merupakan Hasil usaha perpaduan untuk memuaskan semua pihak / himpunan berbagai tujuan individu dan organisasi.
Agar perumusan tujuan efektif manajer perlu memperhatikan beberapa ketentuan sebagao berikut :
1. Proses perumusan tujuan hendaknya melibatkan individu-individu yang bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan
2. Manajer puncak (sebagai perumus tujuan umum) hendaknya bertanggung jawab untuk menurunkan tujuan-tujuan pada tingkatan yang lebih rendah
3. Tujuan harus realistic, diselaraskan dengan lingkungn internal dan eksternal
4. Tujuan harus jelas, beralasan dan bersifat menantang anggota organisasi
5. Tujuan umum hendaknya dinyatakan secara sederhana agar mudah dipahami dan diingat oleh pelaksana
6. Tujuan bidang fungsional organisasi harus konsisten dengan tujuan umum
7. Manajemen harus selalu meninjau kembali tujuan telah ditetapkan.
MANAGEMEN BY OBJECTIVE (MBO) oleh Peter Drucker :
Berkenaan dengan penetapan prosedur-prosedur formal yang dimulai dengan penetapan tujuan dan dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan (langkah) sampai peninjauan kembali pelaksanaan kegiatan. Gagasan dasar MBO adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif, secara aktif melibatkan manajer dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi.
Berkenaan dengan penetapan prosedur-prosedur formal yang dimulai dengan penetapan tujuan dan dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan (langkah) sampai peninjauan kembali pelaksanaan kegiatan. Gagasan dasar MBO adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif, secara aktif melibatkan manajer dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi.
Bidang pokok tujuan adalah : Posisi Pasar, Inovasi,
Produktivitas, Sumber Daya Fisik Serta Keuangan.
MBO dapat dicapai melalui beberapa upaya untuk efektivitas dari program MBO (unsur evektifitas MBO) , yaitu :
MBO dapat dicapai melalui beberapa upaya untuk efektivitas dari program MBO (unsur evektifitas MBO) , yaitu :
- Pendidikan dan
pelatihan bagai manajer
- Keterikatan
antara tujuan pribadi dan tujuan organisasi
- Pelaksanaan
umpan balik secara efektif
- Didorong
adanya peserta dari bawahan
Keunggulan dari manajemen berdasarkan sasaran MBO adalah
: Meningkatkan
komunikasi antara manajer dan bawahan
Strategi program untuk menentukan dan mencapai tujuan
organisasi dan melaksanakan misinya. Rangkaian tujuan sebagai bagian proses MBO
harus spesifik dan dapat diukur
Kekuatan
Dan Kelemahan MBOKebaikan-kebaikan program MBO :
- Memungkinkan
para individu mengetahui apa yang diharapkan dari mereka
- Membantu dalam
proses perencanaan dengan membuat para manajer menetapakan tujuan dan
sasaran
- Memperbaiki
komunikasi antara manajer dan bawahan
- Membuat
individu lebih memusatkan perhatiannya pada tujuan organisasi
- Membuat proses
evaluasi lebih dapat disamakan melalui pemusatan pada pencapaian tujuan
tertentu
Kelemahan-kelemahan MBO, mempunyai 2 katagori :
- Kelemahan-Kelemahan
yang melekat (inherent) mencakup konsumsi waktu dan usaha yang cukup besar
dalam proses belajar untuk menggunakan teknik-teknik MBO, serta
meningkatkan banyaknya kertas kerja
- Menyangkut
masalah pokok yang harus dikendalikan agar program MBO sukses :
- Gaya
dan dukungan manajemen
- Penyesuaian
dan perubagan MBO
- Keterampilan-
Keterampilan antar pribadi
- Deskripsi
jabatan
- Penetapan
dan pengorganisasian tujuan
- Pengawasan
metoda pencapaian tujuan
- Konflik
anatara kreativitas dan MBO
Tipe-tipe
keputusan dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
- Keputusan-keputusan
yang di program(programmed decisions) adalah satu keputusan yang dibuat menurut
kebiasaan, aturan dan prosedur.keputusan ini rutin dan dilakukan
berulang-ulang.
- Keputusan-keputusan
yang tidak di program(non-programmed decisions)adalah suatu keputusan yang berkenan dengan
masalah-masalah khusus , khas dan tidak terbiasa.
- Keputusan-keputusan
dengan kepastian , resiko dan ketidak pastian, dimana pembuatan keputusannya
untuk masa depan atau masa yang akan datang.
Hasil dari pada sebuah keputusan akan sangat
dipengaruhi oleh proses pembuatan keputusan itu sendiri disamping faktor lain
antara lain faktor lingkungan ekstern, pedidikan, pengalaman, harapan maupun
persepsi dari pengambilan keputusan itu sendiri.
Oleh karena itu didalam mengambil keputusan
mempergunakan teknis-teknis ilmiah secara singkat ada ada tujuh langkah yang
harus dilakukan dalam proses pembuatan keputusan.
Langkah-langkah tersebut adalah :
a. Mengetahui hakekat dari pada masalah yang
dihadapi atau mendefinisikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
b. Mengumpulkan faktor-faktor dan data-data
yang relevan.
c. Menyusun beberapa kemungkinan cara atau
alternatif pemecahan masalah atau penyelesaian masalah.
d. Mengadakan penilaian terhadap cara-cara
pemecahan masalah tersebut, yaitu penilaian terhadap keberhasilannya.
e. Memilih kemungkinan penyelesaian yang
terbaik.
f. Mengadakan perhitungan atau penilaian
terhadap akibat-akibat bila keputusan tersebut dilaksanakan.
g. Melaksanakan keputusan.
Konsep peran serta dalam pengambilan keputusan mula-mula diperkenalkan oleh French et al.(1960), ketika mengatakan bahwa peran serta menujukan suatu proses antara dua atau lebih pihak yang mempengaruhi satu terhadap yang lainnya dalam membuat rencana, kebijakan, dan keputusan. Peran serta bawahan dalam mengambil keputusan sesungguhnya lahir dari desakan kebutuhan psikologis yang mendasar pada setiap individu.
Keinginan untuk berperan serta menurut Archbold (1976) didorongkan oleh kebutuhan akan hasrat akan kekuasaan, ingin memperoleh pengakuan, dan hasrat untuk bergantung pada orang lain, tetapi juga sebaliknya tempat orang bergantung. Pentingnya peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan juga diakui oleh Alutto dan Belasco (1972), karena dengan demikian ada jaminan bahwa pemeran serta(karyawan) tetap mempunyai kontrol atas keputusan-keputusan yang diambil. Apabila pemeran serta tidak dapat mengontrolnya, maka organisasi akan mengalami kerugian, sama dengan tidak ada peran serta sama sekali.
Para menejer akan sulit untuk membuat keputusan tanpa melibatkan para bawahannya, keterlibatan ini dapat formal seperti pengguanaan kelompok dalam pembuatan keputusan; atau informal seperti permintaan akan gagasan-gagasan.
Bantuan para bawahan dapat terjadi pada setiap tahap proses pembuatan keputusan. Bermacam-macam bentuk peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan telah diperkenalkan oleh sejumlah penulis. Seprti Cotton et al. (1988) yang mencoba mengadakan penelitian terhadap berbagai karya tulis tersebut dengan mengumpulkan lebih dari 400 artikel tentang peran serta dalam pengambilan keputusan. Dimana setiap artikel itu diklasifikasikan ke dalam lima sifat peran serta, yaitu ; formal-tidak formal, langsung-tidak langsung, tingkat pengaruhnya isi dari keputusan, dan jangka waktunya singkat atau lama. Dari lima sifat peran serta itu dengan memperhatikan berbagai bentuk peran serta yang tersedia dalam kepustakaan, dirumuskanlah enam kombinasi bentuk peran serta, yaitu:
(1) Peran serta pengambilan keputusan dalam bidang tugas,
(2) Peran serta konsultatif,
(3) Peran serta jangka pendek,
(4) peran serta informal,
(5) Hak milik karyawan,
(6) Peran serta perwakilan.
DAFTAR PUSTAKA
http://destiasalma.blogspot.com/2010/01/penetapan-tujuan-organisasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar