PENGERTIAN
KOORDINASI
Koordinasi didefinisikan
sebagai proses pengintegrasian ( penyatuan ) tujuan dan kegiatan perusahaan
pada satuan yang terpisah dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi secara efisien.
Di dalam suatu organisasi
kegiatan-kegiatan di bagi-bagi dan di departementasikan, namun manajer perlu
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan agar tujuan organisasi dapat tercapai
secara efektif. Kemampuan manajer untuk mengkoordinasikan secara efektif
sebagian besar tergantung dari bawahan/anggota organisasi untuk menyadari dan
mewujudkan komitmennya terhadap organisasi.
Menurut WESTRA: koordinasi
dalam bahasa inggris coordination´, berasal dari bahasa latin yaitu: CUM´ dan
ordinare yang berarti penyusunan atau penempatan sesuatu dalam keharusannya´.
Koordinasi adalah proses
pengintergrasian tujuan-tujuan dan kegiatan dari satuan yang terpisah
(unit-unit) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Sementara para ahli
berkesimpulan bahwa sebenarnya ´ coordinating´ itu sinonim dengan
managing´ dengan demikian
maka seorang manajer juga disebut dengan seorang koordinator
Koordinasi adalah usaha
mengharmoniskan atau menserasikan seluruh kegiatan sehingga dapat mencapai
tujuan yang diharapkan
Jadi pengkoordinasian
merupakan upaya untuk menserasikan kesatuan-kesatuan , pekerjaanpekerjaan dan
orang-orang agar dapat berkerja secara tertib dan seirama menuju kearah
tercapainya tujuan tanpa terjadinya kekacauan (chaos) penyimpangan ,
percekcokkan dan kekosongan kerja (Uaccum) , jadi koordinasi dapat dimaknai
sebagai proses penyatu paduan sasaran dan kegiatankegiatan dari unit-unit
lembaga untuk mencapai tujuan lembaga secara efektif dan efisien
Kebutuhan akankoordinasi
Untuk melihat kemampuan seorang manajer
sebagai pemimpin ( atasan )dalam melakukan koordinasi dilihat dari besar
kecilnya jumlah bawahanyang ada dalam tanggung jawabnya, yang dikenal sebagai
rentang manajemen.Koodinasi dibutuhkan sekali oleh para karyawannya,sebab tanpa
koordinasi setiapkaryawan tidak mempunyai pegangan mana yang harus diikuti,
sehingga akanmerugikan organisasi itu sendiri.
Dengan koordinasi diharapkan
keharmonisan atau keserasian seluruhkegiatan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Sehingga tiap departemen atauperusahaan atau bagian menjadi
seimbang dan selaras. Koordinasi merupakan usahauntuk menciptakan keadaan yang
berupa tiga S,yaitu serasi,selaras dan seimbang.Kebutuhan koordinasi tergantung
pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalampelaksanaan tugas dan derajat
ketergantungan dari tiap satuan pelaksanaan.
Prinsip rentang manajemen berkaitan
erat dengan jumlah bawahan yangdapat dikendalikan secara efektif oleh manajer
atau atasan. Antara rentangmanajemen dan koordinasi saling berhubungan erat.
Ada anggapan bahwa semakinbesar jumlah rentangan semakin sulit untuk
mengkoordinasikan kegiatan bawahansecara efektif.
Terdapat 3 (tiga) macam saling
ketergantungan di antarasatuan-satuan organisasi seperti diungkapkan oleh James
D. Thompson (Handoko,2003:196), yaitu:
1.
Saling ketergantungan yangmenyatu (pooled interdependence)
Bilasatuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu
dengan yang lain dalammelaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada
pelaksanaan kerja setiapsatuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.
2.
Saling ketergantungan yangberurutan (sequential interdependece)
Dimana suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaannya
terlebih dulu sebelumsatuan yang lain dapat bekerja.
3.
Saling ketergantungan timbalbalik (reciprocal interdependence)
Merupakan hubungan member dan menerima antarsatuan organisasi. Ketiga hubungan saling ketergantungan ini dapat digambarkanseperti terlihat pada diagram berikut ini.
Koordinasi
Kebijakan Moneter dan FiskalMerupakan hubungan member dan menerima antarsatuan organisasi. Ketiga hubungan saling ketergantungan ini dapat digambarkanseperti terlihat pada diagram berikut ini.
Mengingat bahwa laju inflasi di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh faktor permintaan (demand pull) namun juga faktor penawaran (cost push), maka agar pencapaian sasaran inflasi dapat dilakukan dengan efektif, kerjasaama dan koordinasi antara pemerintah dan BI melalui kebijakan makroekonomi yang terintegrasi sangatlah diperlukan. Sehubungan dengan hal tersebut, di tingkat pengambil kebijakan, Bank Indonesia dan Pemerintah secara rutin menggelar Rapat Koordinasi untuk membahas perkembangan ekonomi terkini. Di sisi lain, Bank Indonesia juga kerap diundang dalam Rapat Kabinet yang dipimpin oleh Presiden RI untuk memberikan pandangan terhadap perkembangan makroekonomi dan moneter terkait dengan pencapaian sasaran inflasi. Koordinasi kebijakan fiskal dan moneter juga dilakukan dalam penyusunan bersama Asumsi Makro di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dibahas bersama di DPR. Selain itu, Pemerintah juga berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam melakukan pengelolaan Utang Negara.
Di tataran teknis, koordinasi antara Pemerintah dan BI telah diwujudkan dengan membentuk Tim Koordinasi Penetapan Sasaran, Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) di tingkat pusat sejak tahun 2005. Anggota TPI, terdiri dari Bank Indonesia dan departmen teknis terkait di Pemerintah seperti Departemen Keuangan, Kantor Menko Bidang Perekonomian, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian, Departemen Perhubungan, dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Menyadari pentingnya koordinasi tersebut, sejak tahun 2008 pembentukan TPI diperluas hingga ke level daerah. Ke depan, koordinasi antara Pemerintah dan BI diharapkan akan semakin efektif dengan dukungan forum TPI baik pusat maupun daerah sehingga dapat terwujud inflasi yang rendah dan stabil, yang bermuara pada pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan berkelanjutan.
MASALAH
- MASALAH PENCAPAIAN KOORDINASI YANG EFEKTIF
Empat tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja di antara
bermacam-macam individu dan departemen-departemen dalam organisasi menurut Paul
R. Lawrence dan Jay W. Lorch adalah:
Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.
Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan
pandangan-pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan
organisasi yang baik.
Perbedaan dalam oriantasi waktu
Manajer akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus
dipecahkan segera atau dalam periode waktu pendek. Bagian penelitian dan pengembangan
lebih terlibat dengan masalah-masalah jangka panjang.
Perbedaan dalam orientasi antar pribadi.
Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan
keputusan yang cepat agar prosesnya lancar, sedang bagian penelitian dan
pengembangan mungkin dapat lebih santai dan setiap orang dapat mengemukakan
pendapat serta berdiskusi satu dengan yang lain.
Perbedaan dalam formalitas struktur.
Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai
metoda-metoda dan standar-standar yang berbeda untuk mengevaluasi program
terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan.
Pendekatan –
pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif
Komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif. Koordinasi
secara langsung tergantung pada perolehan, penyebaran dan pemrosesan informasi.
Semakin besar ketidakpastian tugas yang dikoordinasi, semakin membutuhkan
informasi. Pada dasarnya koordinasi merupakan pemrosesan informasi. Terdapat
tiga pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif, yaitu:
Teknik-Teknik Manajemen Dasar
Untuk mencapai koordinasi yang efektif kita dapat
menggunakan mekanisme teknik-teknik manajemen dasar : hirarki manajerial,
rencana dan tujuan sebagai pengarah umum kegiatan-kegiatan serta aturan-aturan
dan prosedur-prosedur. Organisasi relatif tidak memerlukan peralatan koordinasi
lebih dari teknik-teknik tersebut.
Mekanisme teknik manajemen dasar
ü Hirarki manajerial.
Rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenag formal,
hubungan tanggung jawab dan akuntanbilitas yang jelas dapat menumbuhkan
integrasi bila dirumuskan secara jelas serta dilaksanakan dengan pengarahan
yang tepat.
ü Aturan dan prosedur.
Adalah keputusan-keputusan manajerial yang dibuat untuk
menangani kejadian-kejadian rutin, sehingga dapat juga menjadi peralatan yang
efisien untuk koordinasi dan pengawasan rutin.
ü Rencana dan penetapan
tujuan.
Pengembangannya dapat digunakan untuk pengoordinasian
melalui pengarah seluruh satuan orgaisasi terhadap sasaran-sasaran yang sama.
Ini diperlukan bila aturan dan prosedur tidak mampu lagi memproses seluruh
informasi yang dibutuhkan untuk mengoordinasikan kegiatan-kegiatan
satuan-satuan oraganisasi.
Meningakatkan koordinasi potensial
Meningkatkan koordinasi potensial menjadi diperlukan bila
bermacam-macam satuan organisasi menjadi saling tergantung dan lebih luas dalam
ukuran dan fungsi. Koordinasi ini dapat di tingkatkan melalui dua cara,
yaitu :
Sistem informasi vertikal.
Adalah peralatan melalui mana data disalurkan melewati
tingkatan-tingkatan organisasi. Komunikasi dapat terjadi di dalam atau di luar
rantai perintah. Sistem informasi manajemen telah dikembangkan dalam
kegiatan-kegiatan seperti pemasaran, keuangan, produksi, dan operasi-operasi
internasional untuk meningkatkan informasi yang tersedia bagi perencanaan,
koordinasi, dan pengawasan.
Hubungan-hubungan lateral (harizontal).
Melalui pemotongan rantai perintah, hubungan-hubungan
lateral membiarkan informasi dipertukarkan dan keputusan dibuat pada tingkat
hirarki dimana informasi yang dibutuhkan ada.
Beberapa hubungan lateral, yaitu:
ü Kontak langsung antara
individu-individu yang dapat meningkatakan efektivitas dan efisiensi kerja.
ü Peranan penghubung, yang
menangani komunikasi antar departemen sahingga mengurangi panjangnya saluran
komunikasi.
ü Panitnya dan satuan tugas.
Panitnya biasanya diorganisasi secara formal dengan pertemuan yang dijadwalkan
teratur. Satuan tugas dibentuk bila dibutuhkan untuk masalah-masalah khusus.
ü Pengintegrasian
peranan-peranan, yang dilakukan oleh misal manajer produk atau proyek, perlu
diciptakan bila suatu produk, jasa atau proyek khusus memerlukan tingkat
koordinasi yang tinggi dan perhatian yang terus menerus dari seseorang.
ü Peranan penghubung
manajerial, yang mempunyai kekuasaan menyetujui perumusan anggaran oleh
satuan-satuan yang diintegrasikan dan implementasinya. Ini diperlukan bila
posisi pengintegrasian yang dijelaskan pada d di atas tidak secara efektif
mengoordinasikan tugas tertentu.
ü Organisasi matriks,
suatu mekanisme yang sangat baik bagi penanganan dan penyelesaian proyek-proyek
yang kompleks.
Metoda Pengurangan Kebutuhan akan Koordinasi
Dalam beberapa situasi adalah tidak efisien untuk
mengembangkan cara pengkoordinasian tambahan. Ini dapat dilakukan dengan
penyediaan tambahan smber daya-sumber daya untuk satuan-satuan organisasi atau
penglompokan kembali satuan-satuan organisasi agar tugas-tugas dapat berdiri
sendiri.
Penciptaan sumber daya-sumber daya tambahan.
Sumber daya-sumber daya tambahan memberikan kelonggaran bagi
satuan-satuan kerja. Penambahan tenaga kerja, bahan baku atau waktu, tugas
diperingan dan masalah-masalah yang timbul berkurang.
Penciptaan tugas-tugas yang dapat berdiri sendiri.
Teknik ini mengurangi kebutuhan koordinasi dengan mengubah
karakter satuan-satuan organisasi. Kelompok tugas yang dapat berdiri sendiri
diserahi suatu tanggung jawab penuh salah satu organisasi operasi (perusahaan)
MEKANISME – MEKANISME
PENGKOORDINASIAN DASAR
dalam pengkoordinasian dasar qt harus mengetahui
Mekanisme-mekanisme apa saja yg harus di perhatikan
1. Hirarki manajerial.
Rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenag formal,
hubungan tanggung jawab dan akuntanbilitas yang jelas dapat menumbuhkan integrasi
bila dirumuskan secara jelas serta dilaksanakan dengan pengarahan yang tepat.
2. Aturan dan prosedur.
Adalah keputusan-keputusan manajerial yang dibuat untuk
menangani kejadian-kejadian rutin, sehingga dapat juga menjadi peralatan yang
efisien untuk koordinasi dan pengawasan rutin.
3. Rencana dan penetapan tujuan.
Pengembangannya dapat digunakan untuk pengoordinasian
melalui pengarah seluruh satuan orgaisasi terhadap sasaran-sasaran yang sama.
Ini diperlukan bila aturan dan prosedur tidak mampu lagi memproses seluruh
informasi yang dibutuhkan untuk mengoordinasikan kegiatan-kegiatan
satuan-satuan oraganisasi.
MENINGKATAN
PENDEKATAN KOORDINASI POTENSIAL
Koordinasi ini dapat di
tingkatkan melalui dua cara, yaitu:
1.Sistem informasi vertikal.
Adalah peralatan melalui
mana data disalurkan melewati tingkatan-tingkatan organisasi. Komunikasi dapat
terjadi di dalam atau di luar rantai perintah. Sistem informasi manajemen telah
dikembangkan dalam kegiatan-kegiatan seperti pemasaran, keuangan, produksi, dan
operasi-operasi internasional untuk meningkatkan informasi yang tersedia bagi
perencanaan, koordinasi, dan pengawasan.
2.Hubungan-hubungan lateral (harizontal).
Melalui pemotongan rantai
perintah, hubungan-hubungan lateral membiarkan informasi dipertukarkan dan
keputusan dibuat pada tingkat hirarki dimana informasi yang dibutuhkan ada.
Beberapa hubungan
lateral, yaitu: Kontak langsung antara individu-individu yang dapat
meningkatakan efektivitas dan efisiensi kerja. a.Peranan penghubung, yang
menangani komunikasi antar departemen sahingga mengurangi panjangnya saluran
komunikasi. b.Panitianya dan satuan tugas. Panitnya biasanya diorganisasi
secara formal dengan pertemuan yang dijadwalkan teratur. Satuan tugas dibentuk
bila dibutuhkan untuk masalahmasalah khusus. c.Pengintegrasian peranan-peranan,
yang dilakukan oleh misal manajer produk atau proyek, perlu diciptakan bila
suatu produk, jasa atau proyek khusus memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi
dan perhatian yang terus menerus dari seseorang. d.Peranan penghubung
manajerial, yang mempunyai kekuasaan menyetujui perumusan anggaran oleh
satuan-satuan yang diintegrasikan dan implementasinya. Ini diperlukan bila
posisi pengintegrasian yang dijelaskan pada d di atas tidak secara
efektif mengoordinasikan tugas tertentu. e.Organisasi matriks, suatu mekanisme
yang sangat baik bagi penanganan dan penyelesaian proyek-proyek yang kompleks.
PENGURANGAN
KEBUTUHAN AKAN KOORDINASI
Bila mekanisme-mekanisme
pengkoordinasian dasar tidak mencukupi, kordinasi potensialdapat ditingkatkan
dengan penggunaan metode-metode di atas. Tetapi kebutuhan akan koordinasi yang
sangat besar dapat menyebabkan kelebihan beban, bahkan memperluas
mekanisme-mekanisme pengkoordinasian. Langkah yang paling konstruktif yang
dapat diambil dalam menghadapi kasus ini adalah mengurangi kebutuhan akan
koordinasi. Ada dua metode pengurangan kebutuhan koordinasi, yaitu :
A.Penciptaan
sumber daya-sumber daya tambahan.
Sumber daya-sumber daya
tambahan memberikan kelonggaran bagi satuan-satuan kerja. Penambahan tenaga
kerja, bahan baku atau waktu, tugas diperingan dan masalah-masalah yang timbul
berkurang.
B.Penciptaan
tugas-tugas yang dapat berdiri sendiri.
Teknik ini mengurangi
kebutuhan koordinasi dengan mengubah karakter satuan-satuan organisasi.
Kelompok tugas yang dapat berdiri sendiri diserahi suatu tanggung jawab penuh
salah satu organisasi operasi (perusahaan).
Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar